Hari ini Kamis tanggal 3 Mei 2018, saya kembali melakukan olahraga sore dengan kondisi berpuasa. Sudah dua minggu terakhir saya mencoba untuk terus berolahraga meski tubuh sedang berpuasa sunnah. Hal ini saya lakukan sebagai persiapan agar saat puasa nanti selama 1  bulan lamanya itu, saya tetap bisa melakukan olahraga.

Saat ini saya memang sangat ingin menjaga kondisi tubuh saya agar tidak drop ketika berpuasa atau sesudah melewati bulan Romadhon. Saya mencatat bahwa setelah Ramadhan, saya akan kembali melakukan berbagai aktivitas fisik, salah satunya adalah naik gunung.
Selain rencana naik gunung setelah lebaran. Saya juga ingin mengubah persepsi dalam diri saya bahwa berpuasa itu  tidak membuat tubuh lemah. Karena pada zaman Nabi dulu, banyak peristiwa peperangan terjadi justru di bulan romadhon. Sementara tiap tahun di Indonesia justru kebanyakan orang malah lemah di bulan puasa, banyak yang tidur-tiduran males di siang bolong. Sekali lagi saya ingin mengubah persepsi itu khususnya pada diri saya sendiri.
Selama masa persiapan ini, waktu paling berat saat memulainya satu minggu yang lalu. Saat itu saya baru saja pulang dari Open trip di Gunung Krakatau selama 3 hari 2 malam. Saya memaksakan untuk berpuasa di saat kondisi tubuh yang masih adaptasi setelah perjalanan laut selama berhari-hari. Dan saat itu aktivitasnya begitu padat, termasuk harus pergi ke berbagai tempat. 1 hal yang paling berat bagi saya adalah menjaga Saya tidak muntah Di tengah perjalanan di tengah kota yang menyiksa itu. Saya melakukan sugesti di pikiran Saya, kalau saya tidak boleh muntah, karena kalau muntah puasa saya batal. Alhamdulillah hari itu saya tidak muntah meskipun pusing. Saya memang suka pusing kalau perjalanan ke tengah kota apa lagi naik angkot yang ugal-ugalan.
Sore nya saya melakukan olahraga ringan. Hanya jalan santai saja dari rumah ke jalan Talang. Jaraknya sekitar 2 km pulang pergi. Jalan adalah olahraga yang paling ringan untuk saya lakukan. Lumayan berkeringat dan menyegarkan. Olahraga ini tidak membuat tubuh saya drop meski sedang berpuasa. Sebuah kondisi kontras di mana pagi begitu tersiksa sementara sorenya terasa lebih bugar.
Dan saya sadar ketika memulai sesuatu, langkah pertama adalah yang paling berat. Namun jika sudah membiasakan nya, tubuh kita pun akan menerima dengan sendirinya.
Berbeda dengan minggu lalu, hari ini saya memilih bersepeda.   Ada beberapa alasan pertama saya harus ke anjungan tunai mandiri dulu untuk bayar sesuatu. Ketidakmungkinan berjalan di tengah jalan yang ramai bisa dilihat dan diomongin banyak orang. Kedua Saya ingin membeli makanan untuk berbuka.
Jadi di hari Kamis ini, jarak yang ditempuh lebih jauh. Sempat berputar-putar diri dari Gintung ke Jati terus ke Jalan Talang baru pulang ke rumah. Ternyata bersepeda jauh lebih berat dibandingkan dengan berjalan. Saya merasakan detak jantung saya lebih kencang dan keringat yang lebih banyak dibandingkan dengan jalan.

Kondisi seperti itu lumayan membuat dagdigdug juga. Meski demikian puasa tetap terjaga, karena sugesti saya ingin bugar dan tetap olahraga ketika bulan puasa. Ini juga adalah sebuah catatan bagi saya untuk batas kondisi tubuh, dimana harus berhenti ketika kondisi tubuh memberikan tanda – tandanya.
Jadi ini adalah persiapan yang sudah dilakukan untuk menghadapi bulan puasa. Tetap bugar di bulan puasa dan tetap olahraga. Saya ingin lebih banyak beraktivitas di bulan puasa, karena waktu di bulan puasa lebih panjang. Memulai aktivitas lebih pagi, bahkan saat matahari belum tampak di ufuk timur.
Setidaknya itu adalah tekad Saya di bulan Romadhon tahun ini. Dan saya sudah memulai persiapannya, bagaimana dengan anda?

Tangerang, 3 Mei 2018

Categories: Jurnal

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *