Dahulu iya dahulu sekali, katanya manusia untuk mendapatkan makanan adalah dengan cara mengumpulkan makanan dari alam. Para sejarawan menyebutnya dengan food gathering. Lalu manusia berkembang, perlahan meninggalkan food gathering yang hidupnya berpindah-pindah, menuju kehidupan yang menetap di suatu tempat untuk mulai bercocok tanam. Orang dahulu untuk mendapatkan makanan harus menanam terlebih dahulu. “Setiap mau hidup mereka mau menanam”
Kalimat orang tua kita dahulu  “Setiap mau hidup mereka mau menanam”, menjadi sebuah pegangan Teguh bagi masyarakat adat kesepuhan Banten kidul. Kalimat itulah yang menginspirasi saya untuk mulai bercocok tanam.
Saya sendiri meski memiliki latar usaha di dunia peternakan, sejatinya masih tidak terlalu paham apalagi menguasai tentang pertanian itu sendiri. Suatu kendala atau mungkin momok untuk memulai pertanian aluaa bercocok tanam adalah menumbuhkan benih atau persemaian benih.
Saya punya pengalaman sekolah dulu, ada tugas untuk menumbuhkan kecambah. Dari semua eksperimen saya gagal. Tidak ada satupun benih yang bertunas apalagi hidup. Kegagalan ini membekas dalam benak saya bahwa saya tidak cocok di bidang pertanian.
Sampailah suatu hari saya menonton dokumentasi indonesia biru dari Watchdoc. Rekaman dokumenter tentang kesahajaan masyarakat adat ciptagelar. Seperti masyarakat adat di Banten, ada pantangan untuk menjual padi. Nah di salah satu cuplikan itulah saya mendapatkan kalimat orang tua kita dahulu untuk dapat hidup harus menanam.

Saya juga melihat di sekeliling saya, sawah-sawah sudah mulai ditimbun. Hijaunya padi berganti dengan rumah-rumah sederhana. Pembangunan perumahan yang begitu deras, pasti mengikis ketahanan pangan.
Dari semua alasan itu, akhirnya saya langkah untuk bercocok tanam. Ada dua tanaman yang ingin saya tanam yaitu cesim dan kangkung. Kangkung adalah sayuran  yang paling mudah untuk ditanam, sementara cesim bagi saya adalah sayuran yang paling mudah dijual.
Kemajuan teknologi memudahkan kita semua untuk belajar, termasuk saya yang mencari referensi dan video tentang berkebun. Ada banyak video yang saya lihat, dan ini memudahkan saya belajar untuk uji coba bercocok tanam.
Setelah melihat berbagai tutorial cara bercocok tanam. Akhirnya saya niatkan untuk bercocok tanam. Pertama saya membeli tray semai. Di tray semai ini saya menaburkan benih cesim untuk pertama kalinya. Bagaimana hasilnya?
Benih yang saya semai lambat dibuka tutupnya. Menyebabkan etiolasi, benih kurus tinggi langsing. Ini tidak bagus untuk perkembangan selanjutnya. Eksperimen pertama gagal, namun dengan satu catatan bagus. Akhirnya saya bisa menumbuhkan benih meski hasilnya kurang cacat.

Percobaan ke-2, benih tidak mengalami etiolasi. Namun setelah 2 minggu, tidak juga besar dan daun tidak tumbuh menjadi 4. Benih matang menguning. Setelah dicek ternyata media tanamnya terlalu banyak pupuk.
Percobaan ketiga hasilnya lebih baik. Belajar dari kegagalan percobaan ke-2, saya mengganti media tanam dari jadi yang beli dari lapak penjual tanaman hias, berubah ke tanah. Hasilnya tidak ada etiolasi, benih tumbuh dengan bagus. Bisa Anda lihat di gambar berikut ini berikut;
Semuanya tidak mudah. Ada proses yang harus dilalui, ada kegagalan yang menghampiri dan itu semua menjadi pelajaran. Setidaknya saya sudah memulai langkah kecil untuk bercocok tanam. Satu hal yang sebelumnya tidak pernah saya pikirkan Apa lagi yang saya lakoni.
Beberapa tanaman yang saya jual bisa lihat di nusfarm
Begitulah cerita senja kali ini. Orang tua dahulu menanam untuk hidup. Dan kali ini saya belajar bercocok tanam…

Categories: Urban Farming

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *