Dalam bio saya di media sosial seperti instagram, twitter dan Facebook mencantumkan kalau saya ada salah seorang penulis. Sebenarnya itu adalah keinginan masa kecil yang tidak tercapai, karena realitanya saat ini sayang hidup bukan dari hasil menulis. Dan kalau disebut penulis juga tidak produktif-produktif amat. Kalau dulu memang saya sering mengirim tulisan saya ke media massa, tapi setelah ambruknya media cetak seperti koran dan majalah, yah saya jarang menulis untuk media massa online, di blog ini pun jarang posting tuliskan terbaru.
Malas! mungkin ini salah satu penyebabnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa rasa malas untuk menulis di sela-sela aktivitas lain selalu ada, apalagi untuk menulis membutuhkan riset. Aktivitas menulis juga bukan prioritas. Tempuhlah kemampuan untuk menulis saya.
Belakangan ini mulai ada tulisan baru karena kemarin saya baru menang lomba nulis. Jadi kalau ada alasan kuat seperti lomba, barulah muncul keinginan untuk menulis. Kedua Saya ingin menajamkan kembali kemampuan menulis saya. Skill menulis ini seperti pisau, menulis itu akan tajam jika terus diasah dan digunakan namun akan tumpul jika jarang digunakan.
Saya ingin mechallange alias menantang diri sendiri untuk produktif menulis. Tantangan yang ingin diberikan pada diri saya sendiri adalah menulis berturut-turut selama 30 hari. Menulis apa saja yang ada di benak saya, gak peduli estetika dan gaya bahasa. Bisa jadi tema atau bahasannya acak, sing penting bisa dituliskan dan diposting.
Oh iya, menulis juga bisa jadi self healing bagi saya. Dr.Pennebaker, seorang psikolog dari Amerika pernah meneliti menulis sebagai trauma healing. Menurut Dr. Pennebaker mereka yang menuliskan trauma bahkan bila itu trauma terburuk sekalipun ternyata akan lebih mudah melupakan atau setidaknya mengatasi masalah trauma tersebut.
Nah sebagai permulaan, maka tulisan ini adalah tulisan pertama dari 30 hari menulis.
0 Comments