Hari ini desa saya diguyur hujan cukup deras meski sebentar. Dilihat dari awan gelapnya, sepertinya hujan rata di sekitaran Tangerang. Awal bulan November 2021 intensitas hujan lebih sering turun, pertanda sudah memasuki musim penghujan. 

Tiap kali hujan turun ada bait-bait doa yang terucapkan. Doa ketika turun hujan dari Hadits yang diceritakan Aisha dan diriwayatkan Imam Bukhari. 

 

‘Allahumma shoyyiban nafi’an’.”

Artinya: “Ya Allah, turunkan lah pada kami hujan yang bermanfaat.”

Kita berharap bahwa hujan yang turun adalah Rahmat. Menyejukkan tanah yang kering kerontang dilanda kemarau panjang. Mengaliri ladang-ladang persawahan dan perkebunan tadah hujan. Waktu yang tepat untuk menanam segala rupa tanaman pangan.

“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (Al-An’am 6 : 99).

Salah satu saudara saya di pulau panggang pernah bercerita, musim penghujan banyak wadah-wadah dikeluarkan. Mereka menampung air hujan yang turun. Istilahnya panen air hujan. Hujan menjadi berkah di wilayah yang kadar salinitasnya tinggi.

Doa pertama selalu seperti itu. Hujan yang bermanfaat untuk kehidupan. Namun saya juga insyaf, hujan memiliki dua sisi berkah dan bencana. Hujan menjadi bencana di bumi yang rusak oleh kerakusan manusia.

Bencana yang terjadi di musim penghujan tidaklah asing lagi seperti banjir dan longsor. Betapa banyak orang yang buang sampah sembarangan yang membuat mampet saluran drainase hinggap air meluap dan banjir. Betapa manusia begitu rakus mengeruk tanah di pegunungan, mencabut akar pohon, merusak alam yang hasilnya banjir bandang dan longsor yang memporak porandakan perkampungan di bawahnya.

Adapun badai dan puting beliung, hanya bisa pasrah. Doa kedua membersitkan harapan dan pengampunan. Jauhkan kami dari bala bencana.

Itulah doa musim penghujan yang saya tulis. Meski jika ada daerah terkena bencana parah seperti banjir bandang di Lebak, saya akan turun menjadi relawan. Doa diberikan hujan yang bermanfaat dan dijauhkan dari bala bencana selalu terucap.

Begitulah cerita hari ketiga #30HariMenulisMaraton

Categories: Jurnal

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *