Tiga minggu lalu, tepatnya 16 Oktober 2021, saya menulis status yang dibagikan via Instagram dan facebook, isinya sebagai berikut:
Perjalanan ribuan mil dimulai dari langkah pertama. Bukan langkah seribu, kalo itu mah lari dari kenyataan. 
Bank Sampah Gintung Mesra baru dimulai. Hal pertama yang ingin didorong adalah memilah sampah rumah tangga. Sedangkan pendapatan dari menjual sampah bernilai ekonomi adalah bonus. 
Bismillah
Nah ada yang komen, semangat kakak lalu saya jawab kalau saya tidak semangatan alias santuy saja. Asli memang begitu, anda tidak akan melihat saya teriak-teriak penuh semangat melafalkan yel-yel. Lebih ajaib lagi saya malah tidur di acara seminar motivasi. 
Begini, ada belief system yang tertanam dalam benak saya. Motivasi berubah itu harus berasal dari diri sendiri bukan orang lain. Ketika saya ingin memotivasi diri saya, maka saya akan memaksa untuk melakukan itu. Contohnya tulisan ini, ini adalah pemaksaan diri untuk menulis minimal satu tulisan per hari selama 30 hari marathon.
Berangkat dari pengalaman saya, kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berasal dari kesadaran dan kemauan masyarakat sendiri akan berjalan dan lebih awet meski jalan terjal, dibandingkan program yang diturunkan oleh pemerintah dengan sokongan dananya. Aksi dari masyarakat meski tanpa acara peresmian wah dan dana mepet malah lebih sustainable dibandingkan program pemerintah yang peresmiannya gegap gempita.
Saya yang pernah mendampingi kube-kube di Tangerang Utara paham benar watak masyarakatnya. Merubah masyarakat meski itu baik, seperti memilah sampah, tidaklah mudah. Pandangan dan semangat kita sebagai pencetus belum tentu satu frekuensi dengan masyarakat kebanyakan.
Kalo belajar difusi inovasi pasti sudah tahu tentang pembagian adopter (penerima inovasi). Ada lima golongan adopter dalam teori difusi inovasi
Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi
Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi
Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi pera pengikut awal. Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi.
Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan sosial, terlalu hati-hati.
Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum kolot/tradisional.
Pertama kali mulai pasti tidak semudah omongan Mario Teguh. Karena yang menerima gagasan kita masih terbatas. Karena itu ketika menggulirkan Bank Sampah yang diundang hanya 20 orang sebagai Early Adopter. Ketika sudah jalan dan ada manfaat ekonomis, barulah yang lain akan ikut. Tahap ini masuk ke Late Majority.
Untuk sampai ke tahap late majority itu butuh waktu dan pengorbanan. Karenanya butuh olah nafas pemberdayaan. Bukan semangat dan tancap gas di seremoni, lalu kehabisan nafas di tengah jalan dan berakhir tanpa kabar. Pelan-pelan saja dan bisa dimulai dengan langkah kecil.
Bank sampah Gintung Mesra itu dimulai dengan langkah kecil. Sekali rapat dengan 20 orang emak-emak langsung terbentuk. Dikasih modal awal buku tabungan dan karung. Seminggu sudah ada yang setor. Berjalannya waktu, lebih banyak yang minta dijemput. 
Saat penimbangan di rumah nasabah ini, mulai ada yang tanya-tanya dan mau ikut bergabung, kalo dijemput. Nah ini tantangan sekaligus peluang. Masih satu RT dan tetangga saja mintanya dijemput, padahal sudah ada gudang unit pengumpul sampah. Itulah realitanya tak semanis pandangan para birokrat pembuat kebijakan. 
Sebagai penggagas harus ikut kemauan masyarakat bukan pemerintah, termasuk jumlah minimal tabungan yang bisa diambil. Pembina kami sesuai pedoman mengatakan dana bisa diambil jika tabungan sudah ada 100 ribu dengan maksimal 50 ribu jadi harus ada saldo mengendap minimal 50 ribu. Pedoman birokratis seperti itu tidak kami pakai. Di kami minimal tabungan 20 ribu bisa diambil semuanya, gak perlu ada minimal saldo mengendap. Intinya ngapain dibuat sulit. Masyarakat itu kalo dibuat mudah akan ikut gabung dengan sendirinya. Urusan 16 % si bebal, ngapain dipikirin. Ada 20 kk saja sudah bisa jalan itu bank sampah.
Jadi demikianlah tulisan hari ke enam #30HariMenulisMarathon 
Categories: Jurnal

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *