Pengetahuan adalah kekuatan. Begitulah Alvin Toffler, seorang futurolog, pernah berujar. Karena pengetahuan mampu mengubah dunia lewat kreasi akal manusia. Menjadi modal yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa, bahkan dengan sumber daya alam terbatas sekalipun. Negeri Singa tetangga kita adalah contohnya. Saking pentingnya pengetahuan, sampai-sampai pendiri bangsa memasukkan kata mencerdaskan kehidupan berbangsa kedalam pembukaan konstitusi kita.

Hal itulah yang kini saya coba pahami dengan baik. Setelah bertemu dengan berbagai orang dengan latar belakang yang berbeda-beda. Salah satunya adalah teman-teman saya yang kebetulan menjadi pelaku umkm di utara Tangerang. Mereka cenderung lebih tradisional dalam menjalankan usahanya. Belum mengenal manajemen modern dalam menjalankan usahanya. Itu semua karena terbatasanya pengetahuan yang mereka miliki. Padahal, jika mereka belajar banyak dan mampu menerapkan manajemen dengan baik, bukan tidak mungkin usaha mereka yang potensial itu akan melejit dan berkembang.

Mereka mengalami kemiskinan informasi. Yang dimaksud dengan kemiskinan informasi adalah tidak terpenuhinya kebutuhan informasi seseorang tentang sesuatu hal karena tidak adanya akses terhadap informasi tersebut. Di sini orang itu menyadari bahwa ia membutuhkan informasi tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Sayangnya, tidak terpenuhinya kebutuhan akan informasi tertentu tersebut, tidak disadari dampak buruknya pada kehidupan sehari-hari.

Tentu hal itu harus diatasi. Karena sulit untuk membayangkan pelaku umkm di negeri ini yang terbatas pengetahuan dan teknologinya akan menang jika berhadapan dengan pelaku usaha dari negeri lain yang lebih maju pengetahuan dan teknologinya, meski kita memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa.

Mereka adalah pihak yang belum terjangkau dengan baik oleh pendidikan kita karena kesalahan paradigma. Paradigama yang berkembang di masyarakat kita bahwa pendidikan itu hanya ada di bangku-bangku sekolah dan perguruan tinggi. Dan dengan  tegas mengatakan bahwa diluar demarkasi sekolah dan perguruan tinggi, maka itu bukanlah pendidikan. Itu hasur diubah, bahkan kalau perlu di rombak total. Toh pemerintah juga memiliki paradigma lain dalam memandang pendidikan sebagai proses belajar sepanjang hayat.

Pendidikan modern menyebutnya dengan pembelajaran sepanjang hayat (Life Long Learning). Dalam rencana strategis Kementrian Pendidikan Nasional 2010-2014 disebutkan bahwa Paradigma pembelajaran sepanjang hayat berarti bahwa pembelajaran merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, yaitu pembelajaran sejak lahir hingga akhir hayat yang diselenggarakan secara terbuka dan multimakna. Pembelajaran sepanjang hayat berlangsung secara terbuka melalui jalur formal, nonformal, dan informal yang dapat diakses oleh peserta didik setiap saat tidak dibatasi oleh usia, tempat, dan waktu. Dengan paradigma ini baik peserta didik maupun pendidik menjadi subyek pembelajar yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, inovatif, dan berkewirausahaan. Paradigma ini memperlakukan, memfasilitasi, dan mendorong peserta didik menjadi subyek pembelajar mandiri yang bertanggung jawab, kreatif, inovatif, dan berkewirausahaan.

Sebenarnya, teman-teman saya juga sudah melakukan proses pembelajaran tenpa mereka sadari. Pembelajaran dengan mekanisme yang sangat sederhana, bertanya kepada orang lain. Hanya saja, orang yang mereka temui dibidang usaha mereka masih terbatas karena koneksi yang tidak luas. Sehingga informasi yang didapat pun terbatas.

Saya mengajak teman-teman itu untuk mengadakan sebuah forum diskusi. Karena saya yakin di forum tersebut akan terjadi berbagi dan transfer pengetahuan. Bagi saya ilmu itu harus disebarkan agar bermanfaat. Alhamdulillah itu terjadi, bahkan terjadi koneksi yang lebih luas antar pelaku umkm itu, serta dapat memetakan potensi dan jenis usaha dari pelaku umkm yang nantinya menjadi bahan pembuatan direktori.

Hasil forum sederhana itu semakin menyadarkan saya bahwa pengetahuan untuk memajukan usaha itu sangat penting. Mereka selama ini mengeluh karena terbatasnya pengetahuan yang mereka miliki sehingga usahanya belum bisa berkembang dengan baik. Bahkan, mereka mengusulkan pertemuan-pertemuan lanjutan tiap dua bulan sekali yang berisi pelatihan teknis. Dan itu bukan masalah serius, toh ada berbagai lembaga baik pemerintah maupun swasta yang bisa dijadikan patner untuk menjadi pembicara. Apalagi semangat bereka untuk terus belajar agar menjadi lebih baik sungguh tinggi.

Ah, setidaknya saya sudah berusaha menyebarkan semangat belajar sepanjang hayat. Menjadikan alam terkembang sebagai guru. Karena pengetahuan adalah kekuatan!

Ahmad Yunus,
Wirausaha dan konsultan Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi UMKM  
===
Catatan tulisan ini dimuat di koran Satelit News 15 Maret 2012

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *