Saya menderita
psychosomatic malignant karena kehilangan pendamping saya selama 48
tahun 10 hari. Jadi saya menulis untuk terapi penyembuhan
,” -BJ. Habibie-

Anda tahu film laris Habibie &
Ainun? Film yang dibintangi Reza Rahardian dan Bunga Citra Lestari itu
diadaptasi dari buku laris berjudul sama yang ditulis oleh eyang BJ
Habibie. Tapi tahukah anda bahwa buku Habibie & Ainun adalah hasil
terapi trauma kehilangan yang begitu dalam dari sang Presiden ke 3
Republik Indonesia itu? Kalau belum kebetulan ada kisah dibalik buku
tersebut.
Tempo pernah memuat wawancara dengan
BJ Habibi tentang proses penulisan buku tersebut. Ternyata buku yang
menggambarkan perjalanan cinta Habibie dengan istrinya, Hasri Ainun
Habibie, adalah hasil dari treatment psikologi. Ketika wartawan Tempo
bertanya apakah Buku ini ditujukan untuk Sang isteri?
Eyang Habibie menjawab bahwa ini untuk
terapi diri. Keadaan eyang Habibie tidak menguntungkan (dalam pengantar
buku disebutkan mengalami psychosomatic malignant) karena mempengaruhi
organ jantung, ginjal, semua. Sampai dokter mengatakan, kalau eyang
Habibie tidak di-treatment, paling banter tiga bulan eyang Habibie
(bakal) nyusul Ibu.
Ternyata gejala psychosomatic
malignant muncul bukan sejak menunggu sang isteri terbaring lemah di
rumah sakit. Melainkan setelah sang pendamping setia dalam suka dan duka
pergi untuk selamanya. Eyang Habibie diberi saran oleh dokter tiga hal,
yaitu “curhat” kepada sejumlah teman dan sahabatnya maupun sahabat sang
isteri; kedua, menjalani terapi psikiatris dan dengan obat; yang
ketiga, eyang Habibie harus hadapi sendiri dengan berdialog kepada diri
sendiri. Dan eyang Habibie ambil yang ketiga karena gelombang emosi dan
topan emosinya tidak bisa diprediksi.
“Kalau yang pertama dan kedua, gelombang emosi muncul saat tidak ada
orang-orang itu bagaimana? saya akan bergantung pada tim atau berada di
rumah sakit, gila apa saya?”  begitu kata eyang Habibie
Sejak kapan menulis? Eyang Habibie
menjawab awal Juni. Dua pekan setelah sang penyejuk mata meninggal.
Dalam bulan pertama, Eyang Habibie menulis dengan terus menangis,
mengenang istri yang sangat dicintainya. Sampai perlahan-lahan
kondisinya membaik dan bisa berdamai dengan kehilangan dan duka yang
begitu luar biasa dalam. Dan sampai tulisan ini dibuat, Habibie masih
ada dan terus beraktivitas di usia senjanya.

Menulis sebagai terapi

Dalam Quantum writing karangan
Harnowo, disebutkan bagaimana menulis itu bisa menjadi obat dan bahkan
membuat si penulis menjadi sehat dan menambah kekebalan tubuh. Hal ini
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr.Pennebaker, seorang
psikolog dari Amerika. Menurut Dr. Pennebaker mereka yang menuliskan
trauma bahkan bila itu trauma terburuk sekalipun ternyata akan lebih
mudah melupakan atau setidaknya mengatasi masalah trauma tersebut.
Memang dalam jangka pendek setelah
kita menulis hal-hal yang menjadi trauma kita hal itu akan membuat kita
teringat dengan trauma kita dan membuat kita jatuh ke dalam kesedihan
atau trauma yang lebih dalam. Mungkin alasan inilah yang banyak membuat
orang malas atau enggan menuliskan tentang trauma, mereka hanya mencoba
melupakan dengan beralih kepada hal-hal lain. Hal ini seperti lari dari
masalah dan tidak menyelesaikan trauma itu. Menurut penelitian itu,
kesedihan paska penulisan trauma itu hanya berlangsung beberapa hari
saja. Dalam jangka panjang mereka yang telah menulis pengalaman
traumatisnya ternyata jauh lebih tegar dan mengelola trauma mereka.
Lebih lanjut Dr. Pennebaker mengatakan bahwa, Orang-orang yang
menuliskan pikiran dan perasaan terdalam mereka tentang pengalaman
traumatis menunjukan peningkatan fungsi kekebalan tubuh dibandingkan
dengan orang-orang yang menuliskan masalah-masalah remeh temeh. Menulis
tentang pikiran dan perasaan terdalam tentang trauma yang mereka alami
menghasilkan suasana hati yang lebih baik, pandangan yang lebih positif,
dan kesehatan fisik yang lebih baik.
Nah, bagi kamu yang punya pengalaman
traumatis, sekarang ambilah kertas dan pulpen. Tuliskan semua resah dan
gundah anda dalam tulisan itu. Tak perlu perhatikan struktur dan ejaan.
Tulis saja semua yang ingin kamu tulis. Seperti Habibie yang berjuang
melawan traumatisnya.
Semoga bermanfaat.

Categories: literasi

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *