Aspek Finansial Pengelolaan Sampah merupakan tulisan kedua resume kelas online Pengelolaan Sampah Berkelanjutan yang saya ikuti dengan penyelenggaranya adalah SDG Academy Indonesia. Tulisan pertama Konsep sampah dan Hirarki Pengolahan Sampah. Silahkan baca bagian pertama sebelum lanjut kepembahasan kali ini untuk mendapatkan informasi pengolahan sampah. 
Bank sampah
Bagian Aspek Finansial Pengolahan Sampah berkelanjutan terbagi atas tiga topik, yaitu Aspek Biaya dalam Mengelola Sampah, Aspek Pendapatan dalam Pengelolaan Sampah, dan Alternatif Pembiayaan dalam Pengelolaan Sampah.

Biaya Pengelolaan Sampah

Biaya pengolahan sampah bisa dibagi menjadi dua tipe, yaitu:
  • Biaya investasi. Biaya ini meliputi: Persiapan Proyek, Biaya Tanah, dan Biaya Alat dan Konstruksi
  • Biaya operasional dan pemeliharaan. Biaya ini meliputi: Biaya Tenaga Kerja, Biaya Bahan Bakar, Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan.
Sumber Potensial untuk Biaya Investasi adalah sebagai berikut:
  • Pemerintah Pusat 
  • Pemerintah Daerah 
  • Donor
  • Sektor Privat 
  • Lembaga Internasional
Tantangan untuk Mendapatkan Pembiayaan Investasi
  1. Pemerintah daerah sebagai pemegang otoritas pengelolaan sampah tidak memiliki pendanaan yang cukup
  2. Banyak kota kesulitan untuk mendapatkan pinjaman untuk pengelolaan sampah
  3. Ketersediaan donor untuk permasalahan sampah hanya sedikit dan terbatas untuk negara berkembang
  4. Kondisi ekonomi membuat pembiayaan privat sulit untuk memberikan pembiayaan
Biaya Apabila Tidak Ada Pengelolaan Sampah
  1. Kesehatan Publik: Permasalahan pernafasan, keracunan sampah, penyakit seperti diare atau gastoenteritis.
  2. Polusi Lingkungan: Efek gas rumah kaca, kontaminasi air, udara dan tanah, dan kehilangan biodiversitas.
Perlu dipahami bahwa Biaya untuk melakukan pengelolaan sampah yang baik itu hanya 5-7 USD per kapita sementara untuk biaya apa bila tidak ada pengelolaan sampah yang baik bisa mencapai 20-50 USD per kapita.

Aspek Pendapatan dalam Pengelolaan Sampah

Pemulihan sumber daya merupakan aktivitas dari pengelolaan sampah yang dapat menghasilkan pembiayaan untuk pengelola sampah yang berasal dari penjualan barang – barang daur ulang, kompos atau energi.
  • Daur Ulang. Pendapatan dari bahan daur ulang sangat bergantung kepada kualitas sampah yang diproses.
  • Kompos. Hasil kompos hanya dapat untuk mengembalikan maksimal 40% dari biaya yang di keluarkan.
  • Energi. Sampah menjadi energi memerlukan berbagai kebijakan untuk mendukungnya agar dapat menghasilkan.
Selain dari penjualan barang-barang hasil pengolahan sampah di atas,  pendapat juga diperoleh dari proses pengumpulan dan pembuangan. 
  • Pengumpulan. Sarana untuk mendapatkan pendapatan sebagai pemulihan biaya dari proses koleksi dimulai dari pajak properti, pembayaran utilitas, rate, atau program Pay as you throw. Sebagai catatan: Penting untuk operator untuk menentukan yang jumlah yang harus dibayar oleh rumah tangga agar dapat terjangkau.
  • Pembuangan. Salah satu sarana dari proses pembuangan adalah melalui pajak tanah. Penentuan pajak harus berdasarkan kemapuan masyarakat. Pengenaan pajak terhadap kategori sampah yang berbeda juga bisa jadi solusi. Selain itu, melalui Tipping fee (biaya layanan pengolahan sampah). Tipping fee dapat membuat tingkat daur ulang semakin tinggi dan WTE menjadi masif.
  • Lainnya. Pendapatan dapat melalui subsidi atau melalui pembiayaan.

Tantangan Industri Daur Ulang

Biaya Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Itu Mahal!. Salah satu operator sampah daur ulang untuk sampah plastik dan alumunium di California tutup sejak tahun 2019. Penyebab tutupnya adalah karena kenaikan biaya operasional dan harga barang-barang daur ulang yang turun. Dampak tutupnya fasilitas ini akan menyebabkan sampah akan memenuhi TPA dan juga meningkatkan kembali tingkat ekstraksi terhadap mineral.
Secara teori, meningkatnya daur ulang terutama terkait dengan barang mineral yang dibutuhkan seperti alumunium akan dapat mengurangi kebutuhan alumunium yang di ekstraksi dan menjamin keberadaan mineral secara jangka panjang.

Alternatif Pembiayaan dalam Pengelolaan Sampah

Berikut lima Alternatif Pembiayaan dalam Pengelolaan Sampah:

  • Public-Private Partnership (PPP)

PPP pada dasarnya adalah perjanjian jangka panjang antara badan pemerintah dan pihak swasta untuk menyediakan aset atau layanan publik, di mana pihak swasta diberikan serangkaian tanggung jawab, dan remunerasi didasarkan pada kinerja. Beberapa bentuk umum kemitraan publik-swasta adalah kontrak, konsesi, sewa, dan melalui persaingan terbuka.
Contoh Skema PPP di Indonesia adalah Refuse Derived Fuel (RDF) Plant – Cilacap. Fasilitas RDF Plant Cilacap merupakan fasilitas yang didirikan menggantikan TPA. Setiap harinya dapat menghasilkan 50 ton RDF dari 120 ton sampah.
Fasilitas RDF ini dibangun sejak 2017 menggunakan metode sharing cost. Pemerintah Kabupaten Cilacap dengan PT Solusi Bangun Indonesia (SBI). Sharing cost yang dimaksudkan adalah Pemerintah Cilacap berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan operasional sementara PT SBI terkait dengan peralatan dan tenaga kerja.

  • Result/Output Base

Pembiayaan berbasis hasil adalah suatu bentuk pembiayaan donor yang dapat dianggap sebagai pembiayaan pendapatan, karena tidak ada pembiayaan yang berpindah tangan sampai keluaran yang konkret tercapai terlebih dahulu. Mitra pembangunan internasional umumnya hanya membiayai biaya investasi, yang berarti kota harus mampu membayar  biaya operasional serta biaya modal jika terjadi pinjaman. Biaya operasi biasanya meningkat dengan investasi untuk peningkatan, perluasan dan modernisasi pengelolaan limbah, dan umumnya mencapai sekitar 70% dari total biaya.
Tujuan Model ini adalah untuk memperbaharui infrastruktur yang sudah ada dan membantu orang miskin kota melalui subsidi.

  • Obligasi Berwawasan Lingkungan (Green Bond)

Merupakan alat finansial untuk menarik minat investor untuk berinvestasi pada infrastruktur rendah karbon. Green Bond dapat dikeluarkan oleh Lembaga multinasional, institusi keuangan atau kota.
Contohnya Pada tahun 2018, PT SMI telah menerbitkan Obligasi Berwawasan Lingkungan dengan total fasilitas Rp3 triliun untuk sektor yang memiliki manfaat Lingkungan. 
Hingga tahun 2020, PT SMI telah memberikan pembiayaan dengan obligasi berwawasan lingkungan untuk 2 infrastruktur Energi Terbarukan dan 1 infrastruktur transportasi ramah lingkungan.

  • Climate atau Carbon Finance

Investasi dalam program mitigasi perubahan iklim dan merupakan kreasi dari produk finansial yang dapat di perjual belikan pada pasar karbon. Skema ini diperdagangkan di bawah Protokol Kyoto yang prosesnya penjualan, monitoring, verifikasi dan registrasi berada di bawah pimpinan UN.
Kredit karbon secara langsung terkait dengan pengurangan emisi gas rumah kaca benar-benar tercapai dan diverifikasi, ada insentif keuangan langsung bagi kota untuk beroperasi tempat pembuangan sampah sanitasi yang didanai donor mereka seperti yang dirancang.

  • Micro Finance

Merupakan pembiayaan skala kecil dengan memberikan jasa pinajaman untuk bisnis atauasuransi atau pembiayaan untuk rumah tangga yang tidak dapat mendapatlan akses menujuperbankan tradisional.
Tujuan Micro Finance untuk membantu usaha mikro dan kecil hingga UMKM untuk dapat berpartisipasi dalam proses pengumpulan sampah dan daur ulang agar dapat memberikanjasa yang lebih baik.
Kasus Micro Finance dalam Pengelolaan Sampah
Kerjasama antara Grameen Creative Lab  dengan The Alliance to End Plastic Waste  yang dinamakan Zero Plastic Waste City.
Zero Plastic Waste City bertujuan untuk  mengembangkan dan menyebarkan solusi  pengelolaan sampah di dua kota, dan  melibatkan masyarakat setempat untuk  mengambil kepemilikan atas sistem  pengelolaan sampah ini dan menuai  manfaatnya.
Program ini memanfaatkan pasar informal untuk menutup jalur pengumpulan dan pemilahan sampah,  sembari menyediakan pabrik pengolahan awal sampah dan solusi daur ulang / pengomposan untuk sampah yang dipisahkan.
Categories: Opini

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *